TINJAUAN PUSTAKA
A. PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
1. Pengertian Prestasi
Menurut WJS. Poerwadarminta, dalam bukunya Syaiful Bahri Djamarah, (1994: 20) bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya). Menurut Mas’ud Khasan Abdul Qohar, dalam bukunya Syaiful Bahri Djamarah, (1994: 20) prestasi adalah apa yang telah diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja.
Sedangkan menurut Nasrun Harahap dan kawan-kawan, memberikan batasan, bahwa prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penugasan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum (Syaiful Bahri Djamarah, 2008: 21).
Dari beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individu maupun kelompok dalam bidang kegiatan tertentu.
2. Pengertian Belajar
Belajar memang merupakan peristiwa yang terjadi dalam diri manusia. Hingga kini, para ahli tidak mengetahui seratus persen bagaimana persis terjadinya peristiwa itu. Pada masa lalu, ada ahli yang percaya bahwa peristiwa belajar semata-mata merupakan proses kimia yang terjadi dalam sel-sel, terutama dalam sel dan saraf otak. Pendapat ini kadang-kadang dirumuskan terlalu ekstrim, seakan-akan manusia itu hanya kumpulan jasad kebendaan saja. Ini adalah pengaruh pandangan hidup yang materialistik (Alex Sobur, 2003: 217).
Menurut Slameto, dalam bukunya Syaiful Bahri Djamarah, (2008: 13) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Cliffod T. Morgan, dalam bukunya Alex Sobur, (2003: 219) belajar adalah suatu perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari pengalaman yang lalu. Hilgard dan Bower, dalam bukunya M. Ngalim Purwanto (1990: 84) mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan.
Menurut Sardiman belajar adalah sebagai rangkaian kegiatan jiwa dan raga, psikofisik menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotorif (Syaiful Bahri Djamarah, 1994: 21).
Dari beberapa pengertian belajar diatas dapat diambil kesimpulan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorif.
a. Hakekat Belajar
Dari sejumlah pengertian belajar yang telah diuraikan, ada kata yang sangat penting untuk dibahas pada bagian ini, menurut Syaiful bahri Djamarah (2008: 14), yakni kata “perubahan” atau change. Change adala sebuah kata dalam bahasa Inggris, yang dila diindonesiakan berarti “perubahan”.
Ketika kata “perubahan” dibicarakandan dipermasalahkan, maka pembicaraan sudah menyangkut permasalahan mendasar dari maslah belajar. Apapun formasi kata dan kalimat yang dirangkai oleh para ahli untuk memberikan pengertian belajar, maka intinya tidak lain adalah maslah “perubahan” yang terjadi dalam diri individu yang belajar. Perubahan yang dimaksudkan tentu saja perubahan yang sesuai dengan perubahan yang dikehendaki oleh pengertian belajar, yang ciri-cirinya akan diuraikan pada diuraikan pada pembahasan selanjutnya.
b. Ciri-Ciri Belajar
Jika hakekat belajar adalah perubahan tingkah laku, maka beberapa perubahan tertentu yang di masukkan ke dalam ciri-ciri belajar.
Syaiful Bahri Djamarah (2008: 15) memberiakan uraian tentang ciri-ciri belajar yakni, sebagai berikut:
1) Perubahan yang terjadi secara sadar
Ini berarti individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Jadi perubahan tingkah laku individu yang terjadi karena mabuk atau dalam keadaan tidak sadar, tidak termasuk kategori perubahan dalam pengertian belajar.
2) Perubahan dalam Belajar Bersifat Fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan bergunan bagi kehidupan ataupun belajar berikutnya. Misalnya, dari seorang anak belajar menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak menulis menjadi dapat menulis.
3) Perubahan dalam Belajar Bersifat Positif dan Aktif
Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu selalu bertambah dan setuju memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian, makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang dioeroleh. Perubahan bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha individu sendiri.
4) Perubahan dalam Balajar Bukan Bersifat Sementara
Perubahan yang bersifat sementara (temporer) yang terjadi hanya untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, menangis dan sebagainya tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam pengertian belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.
5) Perubahan dalam Belajar Bertujuan atau Terarah
Bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah pada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. Misalnya seseorang yang belajar mengetik, sebelumnya sudah menetapkan apa yang mungkin dapat dicapai dengan belajar mengetik, atau tingkat kecakapan mana yang dicapainya.
6) Perubahan Mencakup Seluruh Aspek Tingkah Laku
Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasinya akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, ketrampilan, pengetahuan, dan sebagainya.
3. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yakni “pretasi” dan “belajar”, antara kata “prestasi” dan “belajar” mempunyai arti yang berbeda. Oleh karena itu, sebelum pengertian “pretasi belajar” dibicarakan ada baiknya pembahasan lebih jauh mengenai makna kata kedua tersebut. Menurut Syaiful bahri Djamarah prestasi adalah hasil suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok (Syaiful Bahri Djamarah, 1994: 19).
Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1990: 700) prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.
Selanjutnya Winkel (1996: 162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya”. Sedangkan menurut S. Nasution (1996: 17) prestasi belajar adalah: “Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut” (http://sunartombs.wordpress.com).
Winkel (1996: 226) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Sedangkan menurut Arif Gunarso (1993: 77) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. (http://sunartombs.wordpress.com).
Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain; Faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern), dan Faktor yang terdiri dari luar siswa (faktor ekstern).
Adapun yang tergolong dalam faktor internal adalah sebagai berikut :
1. Faktor Jasmaniah
Adapaun faktor jasmani dibagi menjadi dua yaitu:
a. Faktor kesehatan
b. Cacat tubuh.
2. Faktor Psikologis
Sedangkanm faktor psikologis sebagai berikut:
a. Inteligensi
b. Perhatian
c. Minat
d. Bakat
e. Motif
f. Kematangan
g. Kesiapan
Adapun yang tergolong dalam faktor ekstern adalah sebagai berikut:
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya dan sebagainya. Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan kepada individu.
Menurut Slameto (1995: 60) faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah keadaan keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat.
a. Keadaan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Slameto bahwa: Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.
b. Keadaan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya.
c. Lingkungan Masyarakat
Di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalm proses pelaksanaan pendidikan.
3. Faktor kelelahan
Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis).
a. Kelelahan jasmani
Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah dan timbul kecenderungan untuk membaringkan. Kelelahan jasmani terjadi karena kekacauan substansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah tidak/kurang lancar pada kegiatan bagian tertentu.
b. Kelelahan rohani
Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan rohani dapat terjadi terus-menerus memikirkan maslah yang dianggap berat tanpa istirahat, menghadapi hal-hal yang selalu sama/konstan tanpa ada variasi, dan mengerjakan sesuatu karena terpaksa dan tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatiannya.
Setelah menelusuri uraian di atas, maka dapat dipahami mengenai makna kata prestasi dan belajar. Dengan demikian prestasi belajar adalah merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport dari hasil tes setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar.
4. Pengertian Matematika
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (Dekdikbud, 1990: 566) matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. Sedangkan menurut Herman Hudoyo (1988: 2) mengemukakan bahwa matematika itu tidak hanya berhubungan dengan bilangan-bilangan serta operasi-operasinya, melainkan juga unsur ruang sebagai sasarannya, dan matematika dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mengenai kuantitas, seperti: hubungan, pola, bentuk dan struktur.
Jadi prestasi belajar matematika adalah penilaian/skor pendidikan yang diperoleh dari hasil tes tentang kemajuan siswa yang diperoleh dari suatu kegiatan yang dicapai oleh siswa untuk mengukur seberapa jauh pemahaman siswa pada mata pelajaran matematika setelah mengalami proses belajar mengajar.
B. MOTIVASI BERPRESTASI
1. Pengertian Motivasi
Di dalam kamus besar bahasa Indonesia (Dekdikbud, 1990: 593) motif adalah dorongan, keperluan, atau keinginan yang tidak perlu disertai perangsang dari luar. Motivasi merupakan salah satu aspek psikis yang memiliki pengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar. Dalam Psikologi, istilah motif sering dibedakan dengan istilah motivasi. Untuk lebih jelasnya apa yang dimaksud dengan motif dan motivasi, berikut ini penulis akan memberikan pengertian dari kedua istilah tersebut.
Secara Etimologi, menurut Alex Sobur, (2003: 268) motif atau dalam bahasa inggrisnya motive, berasal dari kata motion, yang berarti “gerakan” atau “sesuatu yang bergerak”. Sartain mengatakan dalam bukunya Psychology Understanding Of Human Behavior: Motif adalah suatu pernyataan yang komplek di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku/perbuatan ke suatu tujuan atau perangsang (M. Ngalim Purwanto, 1990: 60)
Dalam bukunya Management, Harold Koontz dan kawan-kawan (1980: 632), mengutip pendapat Berelson dan Steiner, mengemukakan bahwa motif “ is an inner state that energzes, activates, or moves (hence ’motivation’), and that directs or channels behavior toward goals” (motif adalah suatu keadaan dari dalam yang member kekuatan, yang menggiatkan, atau yang menggerakkan, sehingga disebut ‘penggerakan’ atau ‘motivasi’, dan yang mengarahkan atau menyalurkan prilaku kearah tujuan – tujuan) (Alex Sobur, 2003: 267)
Mc. Donald mengatakan bahwa, motivation is a energy change within the person characterized by affative arousal and anticipatory goal reactions. Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya efektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000: 148).
Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan mungkim melakukan aktifitas belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang akan dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya. Segala sesuatu yang menarik minat orang lain belum tentu menarik minat orang tertentu selama sesuatu itu tidak bersentuhan dengan kegutuhannya.
Maslow (1943, 1970) di dalam bukunya Syaiful Bahri Djamarah, (2000: 149) sangat percaya bahwa tingkah laku manusia dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutuhan-kebutuhan tertentu, seperti kebutuhan fisiologis, rasa aman, rasa cinta, penghargaan aktualitas diri, mengetahui dan mengerti, dan kebutuhan estatik.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi (berasal dari kata motif) adalah daya upaya atau penggerak seseorang yang telah menjadi pada saat-saat tertentu, terutama dalam keadaan yang dirasakan sangat mendesak untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu sebagai reaksi/perasaan adanya tingkah laku menuju kearah pencapaian suau tujuan tertentu.
2. Macam – Macam Motivasi
Berbicara tentang macam atau jenis motivasi ini dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, menurut Sardiman (2010: 86) adalah:
1. Motivasi dilihat dari jenisnya
Beberapa ahli menggolongkan motivasi itu menjadi dua jenis, yakni motivasi jasmaniyah dan motivasi rohaniyah. Yang termasuk motivasi jasmaniyah misalnya: reflek, insting otomatis, nafsu. Sedangkan motivasi rohaniyah yaitu kemauan.
Menurut Frandsen, di dalam bukunya Sardiman (2010: 87) masih menambah jenis-jenis motif berikut ini:
a. Cognitive motives
Motif ini menunjukkan pada gejala intrinsik, yakni menyangkut kepuasan individual. Jenis motif seperni ini adalah sangat primer dalam kegiatan belajar di sekolah, terutama yang berkaitan dengan pengembangan intelektual.
b. Self-expression
Penampilan diri adalah sebagaian dari perilaku manusia. Yang penting kebutuhan undividu itu tidak sekedar tahu mengapa dan bagaimana suatu itu terjadi, tetapi juga mampu membuat suatu kejadian. Untuk ini memang diperlukan kretivitas, penuh imajinasi.
c. Self-enhancement
Jenis motif ini dapat menimbilkan kemajuan diri menjadi salah satu keinginan bagi setiap individu. Dalam belajar dapat diciptakan suasanan kompetensi yang sehat bagi siswa untuk mencapai suatu prestasi.
2. Motivasi dilihat dari golongannya
a) Physiological drive
Yang dimaksud dengan Physiological drive ialah dorongan-dorangan yang bersifat fisologis/jasmaniyah, seperti: lapar, haus, dan sebagainya.
b) Sosial motives
Social motives ialah dorongan-dorongan yang ada hubungannya dengan manusia yang lain dala masyarakat, seperti: dorongan estetis, dorongan ingin selalu berbuat baik, dan sebagainya.
3. Motivasi dapat dibedakan sebagai berikut:
a) Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Motivasi ini sering disebut sebagai motivasi murni atau motivasi yang sebenarnya yang timbul dari dalam diri anak didik. Misalnya keinginan mempunyai ketrampilan tertentu, semangat dalam kegiatan-kegiatan belajarnya, dan sebagainya.
Perlu diketahui bahwa siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu. Jadi memang motivasi itu muncul dari kesadaran diri semdiri dengan tujuan secara esensial, bukan sekadar simbol dan seremonial.
b) Motivasi ektrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar.
Djamarah (2008: 151) mengemukakan bahwa motivasi ini dikatakan ekstrinsik bila anak didik menempatkan tujuan belajarnya di luar faktor-faktor situasi belajar. Anak didik belajar karena hendak mencapai tujuan yang terletak di luar hal yang dipelajarinya.
Motivasi ini muncul dikarenakan pengaruh dari luar siswa, karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain, sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya siswa tersebut mau melakukan sesuatu atau melaksanakan kegiatan belajar.
Setelah diuraikan diatas bahwa motivasi merupakan suatu kondisi yang terbentuk dari berbagai tenaga pendorong yang berupa desakan, motif, kebutuhan, serta keinginan.
Jadi dorongan atau motivasi belajar akan memberikan pengaruh yang lebih kuat dan realitif lebih langgeng pada siswa dalam memiliki pengetahuan serta ketrampilan untuk masa depan.
3. Prinsip-Prinsip Motivasi
Motivasi mempunyai peranan yang sangat strategis dalam aktivitas belajar seseorang. Tidak ada seseorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan. Agar peranan motivasi lebih optimal, maka prinsip-prinsip motivasi dalam belajar tidak hanya sekedar diketahui, tetpai harus diterangkan dalam aktivitas belajar mengajar.
Ada beberapa prinsip motivasi dalam belajar seperti yang dikemukakan oleh Kenneth H. Hoover dalam bukunya Oemar Hamalik (2003: 144) prinsip-prinsip motivasi belajar, sebagai berikut:
1) Pujian lebih efektif dari pada hukuman. Hukuman bersifat menghentikan suatu perbuatan, sedangkan pujian bersifat menghargai apa yang telah dilakukan. Karena itu pujian lebih efektif dalam upaya mendorong motivasi belajar siswa.
2) Para siswa mempunyai kebutuhan psikologis (yang bersifat dasar) yang perlu mendapat kepuasan. Siswa yang dapat memenuhi kebutuhannya secara efektif melalui kegiatan-kegiatan belajar hanya memerlukan sedikit bantuan dalam motivasi belajar.
3) Motivasi yang bersumber dari dalam diri individu lebih efektif dari pada motivasi yang berasal dari luar. Motivasi dari dalam memberi kepuasan kepada individu sesuai dengan ukuran yang ada dalam diri siswa itu sendiri.
4) Tingkah laku (perbuatan) yang serasi (serasi dengan keinginan) perlu dilakukan penguatan (reinforcement).
5) Motivasi mudah menjalar kepada orang lain.
6) Pemahaman yang jelas terhadap tujuan-tujuan akan merangsang motivasi belajar.
7) Tugas-tugas yang dibebankan oleh diri sendiri akan menimbulkan minat yang lebih besar untuk melaksanakannya dari pada tugas-tugas yang dipaksakan dari luar.
8) Ganjaran yang berasal dari luar kadang-kadang diperlukan dan cukup efektif untuk merangsang minat belajar.
9) Teknik dan prosedur pembelajaran yang bervariasi adalah efektif untuk memelihara minat belajar.
10) Minat khusus yang dimiliki oleh siswa bermanfaat dalam belajar dan pembelajaran.
11) Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk merangsang minat belajar bagi siswa yang lamban, ternyata tidak bermakna bagi siswa yang tergolong pandai, karena adanya perbedaan tingkat kemampuan.
12) Kecemasan dan frustasi yang lemah kadang-kadang dapat membantu siswa belajar menjadi lebih baik.
13) Kecemasan yang serius akan menyebabkan kesulitan belajar, dan menganggu perbuatan belajar siswa, karena perhatiannya akan terarah pada hal lain.
14) Tugas-tugas yang terlampau sulit dikerjakan dapat menyebabkan frustasi pada siswa, bahkan dapat mengakibatkan demoralisasi dalam belajar, yakni perbuatan yang tidak wajar (misal: mencontoh).
15) Masing-masing siswa memiliki kadar emosi yang berbeda satu dengan lainnya.
16) Pengaruh kelompok umumnya lebih efektif dalam motivasi belajar dibandingkan dengan paksaan orang dewasa.
17) Motivasi yang kuat erat hubungannya dengan kreativitas. Apabila motivasi yang dimiliki oleh siswa diberi berbagi tantangan, maka akan tumbuh kegiatan kreatifnya.
4. Ciri-ciri Motivasi
Selanjutnya untuk melengkapi uraian mengenai makna dan teori tentang motivasi itu, perlu dikemukan adanya beberapa ciri motivasi. Sardiman (2010: 83) Motivasi yang ada pada diri setiap orang itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).
b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa), memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya).
c. Menunujukkan minat terhadap macam-macam maslah untuk orang dewasa (misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap tindak criminal, amoral, dan sebagainya).
d. Lebih senang kerja mandiri.
e. Cepat bosan dengan tugas rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).
f. Dapat mempertahankan pendapatnya.
g. Senang mencari dan memecahkan soal-soal.
Dalam kegiatan belajar-mengajar akan berhasil baik, kalau siswa tekun mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan berbagai maslah dan hambatan secara mandiri.
5. Fungsi Motivasi
Motivasi bertalian erat dengan suatu tujuan, dengan demikian motivasi tersebut mempengaruhi adanya kegiatan belajar. Oleh karena itu Sardiman (2010: 85) memaparkan tiga fungsi motivasi, yaitu:
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi memberikan arah pada kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan.
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisikan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.
6. Faktor-faktor yang berperan dalam Motivasi
Siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar bermacam-macam atau beraneka ragam, berbeda antara satu siswa dengan siswa yang lainnya dalam upaya peningkatan motivasi belajar.
Hal ini tidak terlepas dari faktor-faktor yang berperan dalam motivasi belajar. Faktor-faktor tersebut banyak sekali, namun pada garis besarnya menurut Mahfud Salahudin (1986: 60) membagi menjadi tiga faktor, yakni:
a. Faktor Keturunan (heredity)
b. Faktor Lingkungan (environment)
c. Faktor Diri (self)
Adapun faktor-faktor yang berperan dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa diuraikan secra terperinci, yaitu:
1. Faktor Keturunan (heredity)
Faktor keturunan atau pembawaab dapat diartikan sebagai kecenderungan untuk bertumbuh dan berkembang.
Sehubungan dengan ini M. Ngalim Purwanto (1993: 21) mengatakan: “Pembawaan adalah seluruh kemungkinan-kemungkinan atau kesanggupan-kesanggupan (potensi) yang terdapat pada suatu individu dan yang selama masa perkembangan benar-benar dapat diwujudkan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keturunan (pembawaan) adalah faktor yang mempengaruhi masa perkembangan siswa sehingga dapat mengarah, memperbaiki, serta meningkatkan motivasi belajarnya siswa.
2. Faktor Lingkungan (environment)
Disamping faktor keturunan (pembawaan) yang berperan dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa adalah faktor lingkungan.
Menurut Mahfudh Shalahuddin (1986: 61) factor lingkungan adalah suatu kenyataan bahwa pribadi-pribadi atau individu-individu, sebagai bagian dari alam sekitarnya, tidak lepas dari lingkungannya itu. Bahkan beberapa ahli menyatakan bahwa individu tak akan berarti apa-apa tanpa adanya lingkungan yang mempengaruhinya.
Lingkungan di atas dapat berupa benda-benda, orang-orang, keadaan-keadaan, tempat-tempat dan peristiwa-peristiwa disekitar siswa baik secara langsung maupun tidak langsung.
Lingkungan yang secara langsung maupun tidak langsung mempunyai peranan yang sangat penting terhadap berhasilnya atau tidaknya peningkatan motivasi belajar siswa, karena perkembangan jiwa anak itu ditentukan oleh lingkungannya.
Lingkungan dapat memberikan pada arah positif maupun arah yang negatif terhadap pertumbuhan jiwanya, dalam sikapnya, dalam akhlaknya maupun dalam perasaan agamanya siswa. Lingkungan tersebut terutama dari teman-temannya sebaya dan masyarakat sekitarnya.
Sartain dalam bukunya Mafudh Shalahuddin (1986: 62) membagi lingkungan menjadi tiga macam, yakni:
a) Lingkungan alam atau luar (external of physical environment)
Adalah sesuatu yang ada di dunia ini, dalam arti bukan manusia, seperti rumah, tumbuh-tumbuhan, air, hewan dan sebagainya.
b) Lingkungan dalam (internal environment)
Adalah segala sesuatu yang telah masuk ke dalam diri kita, yang dapat mempengaruhi pertumbuhan fisik kita, seperti makan, minum dan lain sebagainya.
c) Lingkungan social (social environment)
Adalah semua orang atau manusia lain yang mempengaruhi kita. Pengaruh lingkunagan sosial itu ada yang kita terima secara langsung dan ada yang secara tidak langsung. Secara langsung seperti pergaulan sehari-hari dengan orang lain, keluarga kita, temen-temen dan sebagainya. Pengaruh secara tidak langsung misalkan radio, televisi, membaca buku-buku, majalah dan lain sebagainya.
Dengan demikian, apabila dihubungkan kembali antara pembawaan atau keturunan (hededity) dan lingkungan (environment) dalam hal pengaruhnya terhadap tingkah laku manusia, maka dapat dikatakan bahwa, sifat-sifat dan watak seseorang, pada dasarnya adalah hasil ‘interaksi” anatara pembawaan dan lingkungan kita.
3. Faktor Diri (self)
Faktor penting yang ikut menentukan dalam peningkatan motivasi belajar siswa adalah faktor diri (self).
Mahfudh Shalahuddin (1986: 63) Faktor diri (self) yaitu: “kehidupan kejiwaan seseorang”. Kehidupan kejiwaan itu terdiri dari: perasaan, usaha, pikiran, pandangan, penilaian, keyakinan, sikap dan anggapan yang semuanya akan berpengaruh dalam membuat keputusan tentang tindakan sehari-hari.
Apabila faktor diri (self) seorang siswa dapat difahami, maka dapar difahami pola kehidupannya. Pengetahuan tentang pola hidup siswa akan dapat membantu untuk memahami apa yang menjadi tujuan siswa tersebut dibalik perbuatan yang telah dilakukan.
Faktor diri (self) dapat interaksi dengan faktor keturunan (pembawaan) dan faktor lingkungan, yang kesemuanya dapat memberikan pengaruh dalam membentuk pertumbuhan jasmani, rohani, serta kepribadian seorang siswa dalam belajar.
7. Upaya Meningkatan Motivasi
Menurut Sardiman (2010: 92), untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar yaitu:
1. Memberi angka
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada raport angkanya baik-baik.
Namun demikian semuanya itu harus diingat oleh guru bahwa pencapaian angka-angka seperti itu belum merupakan hasiil belajar yang sejati, hasil belajar yang bermakna. Oleh karena itu, langkah selanjutnya yang ditempuh oleh guru adalah bagaimana cara memberi angka-angka dapat dikaitkan dengan values yang terkandung di dalam setiap pengetahuan yang diajarkan kepada para siswa sehingga tidak sekedar kognitif saja tetapi juga ketrampilan dan efeksinya.
2. Hadiah
Hadiah dapat juga dikatakan motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk sesuatu pekerjaan tersebut. Jadi hadiah dapat diberikan apabila menarik bagi siswa yang memiliki bakat.
3. Saingan/kompetisi
Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat memotivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
4. Ego-involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Penyelesaian tugas dengan baik adalah simbol kebanggaan dan harga diri, begitu juga untuk siswa belajar. Para siswa akan belajar dengan keras bisa jadi karena harga dirinya.
5. Memberikan ulangan
Setiap siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi. Tetapi yang harus diingat oleh guru, adalah jangan terlalu sering (misalnya setiap setiap hari) karena bisa membosankan dan dapat bersifat rutinitis.
6. Mengetahui hasil
Dengan mengetahui hasil belajar, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Sehingga mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat.
7. Pujian
Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri.
8. Hukuman
Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi.
9. Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar hasrat untuk belajar berarti pada diri siswa itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang tentu akan lebih baik dalam hasil belajarnya.
10. Minat
Menurut Syaiful bahri Djamarah (1994: 48) minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang.
11. Tujuan yang diakui
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa akan merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar.
8. Motivasi Berprestasi
Menurut Juarningsih dalam skripsinya (2007: 47), seseorang dikatakan berprestasi haruslah mengerti, memahami dan mengamalkan tiga aspek yaitu jenis kemampuan yang terkandung dalam prestasi yang disandangnya. Adapun tiga jenis kemampuan prestasi tersebut antara lain: kemampuan prestasi dalam kognitif, psikomotor, dan afektifnya. Di dalam prestasi belajar pendidikan agama, siswa sangat ditimtut unluk mewujudkan prestasinya dalam kehidupan sehari-hari secara utuh sebagai manusia muslim, baik pengetahuan ketrampilan, maupun sikap dan tingkah laku.
Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh ahli pendidikan bernama Bloom, yang dikutip oleh Tim Dosen IKIP Malang yang menyatakan bahwa jenis prestasi meliputi tiga komponen yaitu:
a. Kognitif (cognitive domain)
b. Afektif (Affektif domain)
c. Psikomotor (Psycomotor domain)
1) Kognitif
Adalah pengetahuan yang harus dimiliki dan dipahami dalam rangka mencapai prestasi tertentu.
2) Afektif
Yaitu perbuatan-perbuatan seseorang dalam bentuk sikap dan tingkah laku yang merupakan perwujudan dari prestasi kognitif dan psikomotor yang telah dicapai dan dipahaminya perwujudan pelajaran agama bagi anak dapat dilihat dalam perbautan sehari-hari.
3) Psikomotor
Adalah segala kemampuan dan kecakapan anak yang dimiliki, berupa ketrampilan yang merupakan hasil nyata akibat kegiatan dan latihan-latihan yang diikutinya. Adapun jenis prestasi psikomotor Pendidikan Agama Islam dapat dilihat dari pengalaman agama anak sehari - hari
Setiap orang mempunyai motivasi untuk bekerja karena adanya kebutuhan untuk dapat berprestasi, McClelland (dalam Carleson, 1986) mengemukakan bahwa motivasi merupakan fungsi dari tiga variable, yaitu (1) harapan untuk melakukan tugas dengan berhasil, (2) prestasi tertinggi tentang nilai tugas, dan (3) kebutuhan untuk keberhasilan atau kesuksesan (Muhaimin, 2008: 140).
Karena itu, guru perlu mengetahui sejauh mana kebutuan berprestasi setiap peserta didik. Peserta didik yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan menyelesaikan tugas atau masalah yang diberikan tantangan dan kepuasan secara lebih cepat, dan sebaliknya.
Sedangkan McClelland, di dalam bukunya Alex Sobur (2003: 285) kebutuhan untuk berprestasi, adalah suatu daya dalam mental manusia untuk melakukan sesuatu kegiatan yang lebih baik, lebih cepat, lebih efektif, dan lebih efisien dari pada kegiatan yang dilaksanakan sebelumnya.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi berprestasi adalah suatu perubahan dan rangkaian dorongan yang menggerakkan individu atau kelompok seseorang sehingga menimbulkan reaksi untuk melakukan keinginan yang dilandasi adanya tujuan dalam mencapai prestasi yang baik.
C. KEBIASAAN BELAJAR SISWA
Kebiasaan menurut kamus besar Bahasa Indonesia (Dekdikbud, 1990: 113) adalah:
1. Yang biasa dikerjakan dan sebagainya.
2. Pola untuk melakukan tanggapan terhadap situasi tertentu yang dipelajari oleh seorang individu dan yang dilakukannya secara berulang untuk hal yang sama.
Menurut Bambang Purwono (2010: 2) Kebiasaan adalah aspek perilaku manusia yang menetap, berlangsung secara otomatis tidak direncanakan. Kebiasaan mungkin merupakan hasil pelaziman yang berlangsung pada waktu yang lama atau sebagai reaksi khas yang diulangi seseorang berkali-kali.
Senada dikemukanan The Liang Gie (1995) dalam penulisan Bambang Purwono (2010: 2) bahwa “suatu kebiasaan adalah perilaku seseorang yang dilakukannya secara tetap atau sama dari waktu ke waktu tanpa pemakaian banyak pikiran sadar”. Oleh karena sifat dasarnya yang sepontan dan otomatis. Sedangkan menurut (Dewi dalam Marlia, 2005: 9) dalam skripsinya Mulyani (2006: 23) secara umum ada dua kebiasaan belajar yaitu kebiasaan belajar yang baik dan kebiasaan belajar yang kurang baik. Kebiasaan belajar yang baik adalah kebiasaan belajar yang mengandung unsur positif serta sesuai norma yang berlaku. Sedangkan kebiasaan belajar yang tidak baik adalah kebiasaan belajar yang mengandung unsur negatif, serta tidak sesuai dengan norma yang berlaku.
Menurut Prayitno (1994: 294) dalam skripsinya mulyani kebiasaan belajar yang positif diantaranya pengaturan jadwal belajar, baik di sekolah maupun di rumah dengan baik, memilih tempat belajar yang baik, belajar dengan menggunakan berbagai sumber, membaca secara baik dan sesuai dengan kebutuhan, bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui pada guru, teman atau siapapun. Sedangkan kebiasaan yang kurang baik dalam belajar diantaranya suka menunda-nunda tugas, mengulur-ulur waktu, tidak suka bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui dan sebagainya.
Dari kedua kebiasaan belajar di atas, maka diharapkan siswa memiliki kebiasaan belajar yang memiliki unsur positif dan menghilangkan kebiasaan belajar yang memiliki unsur negatif.
Kebiasaan belajar tidak dapat dibentuk dalam waktu satu hari atau satu malam. Dalam (http://www.beritaterkinionline.com) kebiasaan belajar perlu dikembangkan sedikit demi sedikit. Berikut ini adalah cara mengembangkan dan meningkatkan kebiasaan belajar siswa yang kiranya tidak sukar untuk dilaksanakan yaitu:
a) Rencanakan waktu belajar secara teratur
Ingatkan anak-anak kita jika sudah tiba waktunya untuk belajar dan bantulah mereka untuk memulainya. Memegang teguh aturan ini dapat menghindari kita dari protes maupun alasan apapun. Dengan menjadi konsisten, kita akan mendapatkan hasil yang konsisten.
b) Selalu siap untuk menjawab pertanyaan
Anda mungkin ingin membaca atau bekerja sambil mendampingi anak-anak Anda belajar. Dorong mereka untuk mencoba memecahkan masalah sendiri sebelum meminta bantuan kita.
c) Menyemangati anak-anak Anda
Perkatakan-perkataan spesifik yang memuji mereka. Setelah mereka dapat menyelesaikan tantangan atau proyek dari pekerjaan rumah mereka, berikan hadiah kecil kepada anak-anak kita, tapi hindari untuk menggunakan hadiah sebagai suap.
d) Buat kalendar studi
Anak-anak dapat menuliskan tanggal berapa pekerjaan rumah itu diberikan, tanggal berapa pengumpulannya dan kapan tes atas pekerjaan rumah tersebut akan dilaksanakan. Untuk proyek besar, bantu mereka untuk mengerjakannya langkah demi langkah dan tuliskan langkah-langkah ini di kalendar studi.
e) Buat catatan khusus untuk pengerjaan tugas sekolah
Anak-anak bisa menuliskan apa yang akan mereka kerjakan setiap hari, sehingga mereka tidak akan melupakannya. Catatan khusus ini juga bisa menjadi tempat yang baik untuk menyimpan daftar nomor telepon teman sekelas, sehingga dapat menghubungi teman-teman anak kita ketika dibutuhkan.
f) Tetap berhubungan dengan guru
Bertemulah secara teratur dengan guru siswa kita agar kita dapat tetap mengikuti bahan pelajaran siswa-siswa kita, terutama pada tugas-tugas khusus di sekolah dan apa yang diharapkan sang guru dari anak kita.
Menurut Novita Kurniasari dalam skripsinya (2004: 29-34) kebiasaan belajar tidak dapat dibentuk dalam waktu satu hari atau satu malam. Kebiasaan belajar perlu dikembangkan sedikit demi sedikit. Berikut ini adalah cara mengembangkan kebiasaan belajar yang kiranya tidak sukar untuk dilaksanakan.
1. Menyusun Rencana Belajar
Manfaat rencana belajar yang baik menurut Hamalik (1990: 3-32) adalah (1) Menjadi pedoman dan penuntun dalam belajar, sehingga perbuatan belajar menjadi lebih teratur dan lebih sistematis, (2) menjadi pendorong dalam belajar. Program yang telah dibuat akan merangsang siswa untuk belajar. Oleh sebab itu kegiatan belajar berarti berusaha menyelesaikan rencana itu tepat pada waktunya, (3) menjadi alat bantu dalam belajar, (4) rencana belajar yang baik akan membantu siswa untuk mengontrol, menilai, memeriksa sampai dimana tujuan belajar siswa tercapai, sehingga menimbulkan usaha-usaha untuk memperbaiki cara belajarnya.
2. Menyusun Jadwal Belajar
Menyusun jadwal belajar pada umumnya adalah belajar sedikit demi sedikit tetapi konsisten, akan lebih baik dari pada belajar borongan. Pada umumnya setiap siswa menyediakan waktu untuk dua macam kegiatan, yaitu mengikuti pelajaran dan praktek (kalau ada) di sekolah serta belajar di luar pelajaran dan praktikum. Seringkali siswa hanya belajar pada saat akan ada ulangan dan ujian saja, sehingga kadang-kadang hasilnya jauh dari yang diharapkan, bahkan pelajaran yang dipelajari dalam waktu semalam akan kurang bertahan dalam ingatan dibandingkan dengan jika dipelajari sedikit demi sedikit (Suryabrata, 1989: 54).
3. Penggunaan Waktu Belajar
Penggunaan waktu belajar siswa ada dua hal, yaitu:
a. Penjatahan waktu untuk masing-masing pelajaran, waktu yang diperlukan untuk mempelajari suatu mata pelajaran berbeda antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Pada umumnya tiap-tiap siswa mengenal diri dan kemampuannya dengan baik sehingga akan dapat membuat perkiraan mengenai alokasi waktu yang disediakan untuk masing-masing mata pelajaran. Selain itu waktu belajar juga perlu diperhatikan karena setiap siswa ada yang suka belajar pada siang, sore, atau malam hari.
b. Menyiapkan dan mengulang mata pelajaran, bahan pelajaran akan dapat dikuasai dengan baik bila mempelajarinya dengan baik dan akan lebih baik lagi jika siswa menyediakan waktu untuk menyiapkan apa yang akan diajarkan oleh guru yaitu dengan membaca buku wajib atau buku yang telah dianjurkan. Setelah pulang sekolah siswa perlu membaca kembali catatan pelajaran sambil menyempurnakan dan melengkapi (Suryabrata, 1989: 55-56).
4. Teknik Belajar
Teknik yang paling baik tergantung pada masing-masing siswa karena hal ini sifatnya memang individual. Namun di samping perbedaan individual tersebut terdapat hal-hal yang bersifat umum yang berlaku pada siswa.
Menurut Suryabrata ( 1989 : 56 ) dalam skripsinya Novita Kurniasari hal-hal yang bersifat umum adalah:
a. Cara mengikuti pelajaran
Cara yang baik dalam mengikuti pelajaran memegang peranan penting dalam keberhasilan studi siswa. Untuk itu siswa harus mengetahui apa yang harus dilakukan sebelum, selama dan sesudah pelajaran.
Menurut Hamalik (1990: 37-39) petunjuk-petunjuk yang harus diikuti oleh siswa sebelum, selama dan sesudah pelajaran adalah sebagai berikut:
1. Melihat kembali rencana belajar sehari sebelum pelajaran
2. Mempelajari buku materi pelajaran yang diajarkan besuk.
3. Memberikan perhatian yang memusat terhadap pelajaran yang sedang berlangsung.
4. Ikut aktif selama pelajaran berlangsung.
5. Membuat ringkasan materi.
6. Mencatat masalah yang timbul dan hal-hal yang belum dipahami untuk dipelajari di rumah.
7. Mencatat tugas pekerjaan rumah. Bila anda belum memahami maksud dan isi tugas maka tanyakan kepada guru yang bersangkutan.
8. Belajar di luar waktu pelajaran sekolah, Kegiatan belajar di luar pelajaran terdiri atas dua macam kegiatan yaitu:
a. Mencari bahan atau sumber bacaan, sumber atau bahan terdapat di perpustakaan umum.
b. Membuat catatan atau ringkasan. Keuntungan dengan dibuatnya ringkasan adalah siswa lebih meresapkan apa yang dipelajarinya dan juga siswa dapat langsung membaca ringkasannya apabila ia ingin mempelajari isi bahan bacan kembali (Suryabarata,1989: 74),
9. Bertanya dan diskusi. Orang sering beranggapan bahwa yang terpenting sebagai bukti telah belajar adalah menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya tanpa memikirkan bahwa dapat mengajukan pertanyaan juga merupakan bukti bahwa orang itu tahu apa yang dipersoalkan (Suryabrata, 1989: 76). Dengan bertanya atau menjawab pertanyaan berarti siswa telah membuka komunikasi yang sangat penting supaya dapat berpartisipasi dalam diskusi. Dengan diskusi siswa dapat mengembangkan kebiasaan belajar yang baik.
5. Konsentrasi
Konsentrasi belajar adalah pemusatan pikiran terhadap suatu mata pelajaran dan bukan hal hal lain yang tidak berhubungan dengan pelajaran. Konsentrasi yang tinggi akan membuahkan hasil belajar yang diinginkan (Tahelele, 1978: 20).
Dalam kenyataanya ada siswa yang memiliki kemampuan konsentrasi yang besar dan untuk waktu yang lama, sebaliknya ada siswa yang sukar memusatkan perhatiannya terhadap pelajaran tertentu. Siswa yang cerdas pada umumnya mempunyai kemampuan konsentrasi yang besar dibandingkan dengan siswa yang kurang cerdas, tetapi kemampuan konsentrasi bukanlah bakat yang diperolah sejak lahir. Kemampuan konsentrasi merupakan kebiasaan yang dapat dilatih, jadi bukan suatu bakat yang diwarisi dari leluhur.
Selain itu konsentrasi sesorang juga dipengaruhi oleh kondisi kesehatan. Siswa yang mengalami gangguan kesehatan akan sulit berkonsentrasi dalam mempelajari materi pelajaran. Oleh sebab itu siswa yang sakit harus segera berobat, demikian juga siswa yang mengalami kelelahan harus segera beristirahat.
6. Disiplin Belajar
Disiplin belajar akan membuat siswa memiliki kecakapan mengenai cara belajar dan juga merupakan proses ke arah pembentukan watak yang baik. Cara belajar dapat dimiliki oleh siswa dengan latihan yang teratur dan sungguh-sungguh. Kalau cara belajar yang baik telah menjadi kebiasaan maka tidak ada lagi anjuran dari guru yang harus selalu diperhatikan sewaktu belajar (The Liang Gie, 1980: 15).
Dengan memiliki disiplin belajar yang baik, nanti akan memberikan hasil yang memuaskan pada setiap usaha belajar kita. Keteraturan belajar sangat menentukan pencapaian keberhasilan. Memang setiap siswa mempunyai kebiasaan belajar sendiri sendiri, ada yang biasa belajar pada malam hari dan ada yang biasa belajar pada pagi hari atau siang hari.
Dari beberapa uraian diatas kebiasaan belajar siswa adalah suatu proses usaha yang telah dilakukan secara rutin dan berulang-ulang yang bersifat teratur dan seragam sehingga memperoleh suatu perubahan yang baru secara keseluruhan serta tetap dengan sendirinya, khususnya pada murid/siswa MTs. Negeri Bojonegoro II Padangan.
D. Kerangka Berfikir
1. Hubungan antara Motivasi Berprestasi dengan Prestasi Belajar Matematika
Dalam belajar, motivasi berprestasi memegang peranan penting. Motivasi adalah sebagai pendorong siswa dalam belajar, intensitas belajar siswa sudah barang tentu dipengaruhi oleh motivasi. Siswa yang ingin mengetahui sesuatu dari apa yang dipelajarinya adalah sebagai tujuan yang ingin siswa capai selama belajar.
Oleh karena itu, motivasi berprestasi tidak bisa dipisahkan dari aktivitas belajar siswa. Siswa tidak akan mempelajari sesuatu bila hal itu tidak menyentuh kebutuhannya. Kebutuhan dan motivasi adalah dua hal saling berhubungan. Seluruh aktivitas belajar siswa adalah untuk mendapatkan prestasi belajar yang baik. Dalam hal yang demikian maka prestasi belajar bisa dikatakan sebagai kebutuhan yang memunculkan motivasi dari dalam diri siswa untuk selalu belajar. Dengan demikian diduga motivasi berprestasi ada hubungan terhadap prestasi belajar matematika.
Dari uraian di atas, diduga bahwa antara motivasi breprestasi ada hubungan yang signifikan dengan prestasi belajar matematika.
2. Hubungan antara Kebiasaan Belajar Siswa dengan Prestasi Belajar Matematika
Kebiasaan belajar bukanlah bakat alamiah atau bawaan sejak lahir dari siswa. Kebiasaan individu tergantung pada tujuan dan cita-citanya. Siswa dapat membentuk sendiri kebiasaan belajarnya. Sesuai dengan tujuan dan cita-cita yang ingin dicapainya termasuk dalam belajar matematika. Kebiasaan belajar yang baik tidak dapat dibentuk dalam waktu satu hari atau satu malam, akan tetapi hanya dapat ditumbuhkan sedikit demi sedikit. Hal tersebut menunjukkan bahwa kebiasaan belajar yang baik itu dapat dikembangkan secara bertahap, dan dalam pelaksanaanya harus ditunjang oleh cara belajar yang baik atau efisien.
Pada kenyataannya, tiap orang mempunyai kebiasaan yang berlainan dalam menanggapi stimulus tertentu, demikian pula halnya dengan kebiasaan belajar, yaitu bersifat individual, artinya tergantung pada siswa yang bersangkutan. Tidak ada dua orang yang mempunyai kebiasaan dan cara belajar yang dianggap baik yang tepat sama.
Dalam kebiasaan belajar, apabila siswa mempunyai kesadaran untuk belajar, dalam hal pengaturan waktu belajar, disiplin, memahami pelajaran, menggunakan perpustakaan, mengulang bahan pelajaran, membaca, membuat catatan, belajar dengan metode yang praktis, dan menyelesaikan tugas tepat waktu, maka akan sangat mudah untuk mendapatkan prestasi belajar yang tinggi.
Dari uraian di atas, diduga bahwa ada hubungan signifikan antara kebiasaan belajar siswa dengan prestasi belajar matematika.
3. Hubungan Antara Motivasi Berprestasi dan Kebiasaan Belajar Siswa dengan Prestasi Belajar Matematika
Motivasi berprestasi sangat terkait dalam kebiasaan belajar siswa, dengan motivasi berprestasi inilah siswa menjadi terdorong untuk belajar dan mendapatkan perubahan dalam belajarnya, sehingga kualitas hasil belajar siswa akan mencapai tujuan prestasi yang baik. Begitu juga dengan adanya kebiasaan belajar, siswa akan tekun dan rutin dalam proses belajar, sehingga memperoleh suatu perubahan yang baru secara keseluruhan pada individu siswa dan akan berhasil belajarnya. Hal itu disebabkan karena adanya dorongan manusia untuk berbuat dan melakukan aktivitas, menentukan arah perbuatannya, serta menyeleksi perbuatannya, kesadaran untuk belajar, disiplin dan sebagainya. Sehingga perbuatan atau aktivitas siswa senantiasa selaras dengan tujuan belajar yang akan dicapainya. Demikian pula dengan belajar mata pelajaran matematika di MTs. Negeri Bojonegoro II Padangan.
Dalam hal proses belajar mengajar termasuk belajar matematika di MTs. Negeri Bojonegoro II Padangan, motivasi berprestasi dan kebiasaan belajar siswa sangat menetukan prestasi belajar, khususnya pada mata pelajaran matematika. Bagaimanapun sempurnanya metode yang digunakan oleh guru, namun jika motivasi untuk belajar dan kebiasaan siswa dalam belajar kurang atau tidak ada, maka siswa tidak akan belajar dan akibatnya prestasi belajarnya pun tidak akan tercapai.
Berdasarkan uraian diatas maka diduga bahwa secara bersama-sama mempunyai hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dan kebiasaan belajar siswa dengan prestasi belajar matematika pada siswa MTs. Negeri Bojonegoro II Padangan.
4. HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah, deskripsi teoritik, dan kerangka berfikir, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:
1. Motivasi berprestasi mempunyai hubungan yang signifikan dengan prestasi belajar matematika pada siswa MTs. Negeri Bojonegoro II Padangan.
2. Kebiasaan belajar siswa mempunyai hubungan yang signifikan dengan prestasi belajar matematika pada siswa MTs. Negeri Bojonegoro II Padangan.
3. Motivasi berprestasi dan kebiasaan belajar siswa secara bersama-sama mempunyai hubungan yang signifikan dengan prestasi belajar matematika pada siswa MTs. Negeri Bojonegoro II Padangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar