Senin, 15 Agustus 2011

sekripsi teman 1salim bab 1



Matematika disebut sebagai ratunya ilmu. Jadi matematika merupakan kunci utama dari pengetahuan-pengetahuan lain yang dipelajari di sekolah. Tujuan dari pendidikan matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah menekankan pada penataan nalar dan pembentukan kepribadian (sikap) siswa agar dapat menerapkan atau menggunakan matematika dalam kehidupannya (Soedjadi, 2000: 42). Dengan demikian matematika menjadi mata pelajaran yang sangat penting dalam pendidikan dan wajib dipelajari pada setiap jenjang pendidikan.
Trianto Thomas dalam (http://smppanderman.sch.id/blog/?p=244) berpendapat bahwa belajar matematika adalah sebuah momok bagi siswa. Seiring dengan pendapat Yohannes Surya, bahwa “inti belajar matematika adalah kebiasaan, siswa yang tidak terbiasa berlatih soal akan menganggap matematika susah”. Sekarang yang menjadi pertanyaan mengapa sebagian besar siswa masih begitu ‘alergi’ dengan pelajaran matematika?. Matematika dalam kehidupan ini nyaris selalu ada dalam setiap aspek kehidupan. Dengan matematika anak akan mampu berpikir rasional dan logis, lebih percaya diri, kecerdasan meningkat sehingga anak akan mampu untuk belajar hal lain.
Setiap individu mempunyai pandangan yang berbeda tentang pelajaran matematika. Ada yang memandang matematika sebagai mata pelajaran yang menyenangkan dan ada juga yang memandang matematika sebagai pelajaran yang sulit. Bagi yang menganggap matematika  menyenangkan  maka  akan  tumbuh motivasi dalam diri individu tersebut untuk mempelajari matematika dan optimis dalam menyelesaikan masalah-masalah yang bersifat menantang dalam pelajaran matematika. Sebaliknya, bagi yang menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit, maka individu tersebut akan bersikap pesimis dalam menyelesaikan masalah matematika dan kurang termotivasi untuk mempelajarinya. Sikap-sikap tersebut tentunya akan mempengaruhi hasil yang akan mereka capai dalam belajar.
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Pandangan seseorang tentang belajar akan mempengaruhi tindakan-tindakannya yang berhubungan dengan belajar, dan setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda tentang belajar (Slameto, 2010: 1).
Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan terencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Melalui sekolah, siswa belajar berbagai macam hal.
Dalam pendidikan formal, belajar menunjukkan adanya perubahan yang sifatnya positif sehingga pada tahap akhir akan didapat keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang memuaskan dibutuhkan proses belajar.
Proses belajar yang terjadi pada individu memang merupakan sesuatu yang penting, karena melalui belajar individu mengenal lingkungannya dan menyesuaikan diri dengan lingkungan di sekitarnya. Belajar akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai seberapa jauh perubahan yang terjadi, perlu adanya penilaian. Begitu juga dengan yang terjadi pada seorang siswa yang mengikuti suatu pendidikan selalu diadakan penilaian dari hasil belajarnya. Penilaian terhadap hasil belajar seorang siswa untuk mengetahui sejauh mana telah mencapai sasaran belajar inilah yang disebut sebagai prestasi belajar.
Proses belajar di sekolah adalah proses yang sifatnya kompleks dan menyeluruh. Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi yang tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki  kebiasaan belajar dan motivasi yang tinggi, karena kebiasaan belajar dan motivasi merupakan bekal potensial yang akan memudahkan dalam belajar dan pada gilirannya akan menghasilkan prestasi belajar yang optimal.
Kenyataannya, dalam proses belajar mengajar di sekolah sering ditemukan siswa yang tidak dapat meraih prestasi belajar yang setara dengan kemampuan yang dimilikinya. Ada siswa yang mempunyai kemampuan yang tinggi tetapi memperoleh prestasi belajar yang relatif rendah, namun ada siswa yang walaupun kemampuan yang  relatif rendah, dapat meraih prestasi belajar yang relatif tinggi. Itu sebabnya taraf kemampuan yang tinggi bukan merupakan satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan seseorang, karena ada faktor lain yang mempengaruhi.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi intelegensi, motivasi, kebiasaan, kecemasan, minat, dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, keadaan sosial ekonomi, dan sebagainya.
Fokus dalam penelitian ini adalah kaitan beberapa faktor internal pada diri siswa dengan hasil yang dicapai oleh siswa. Faktor-faktor internal tersebut diantaranya adalah faktor jasmaniyah, faktor psikologis, faktor kelelahan. Faktor-faktor eksternal tersebut diantaranya adalah faktor keluarga, faktor lingkungan, faktor sekolah dan faktor lingkungan masyarakat.
Faktor internal yakni motivasi merupakan faktor yang sangat penting dalam proses belajar mengajar guna mencapai prestasi yang diharapkan. Ini dikarenakan motivasi merupakan pendorong dan penggerak individu yang dapat menimbulkan dan memberikan arah bagi individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai tujuannya. Standar nilai baik nilai ketuntasan belajar maupun kelulusan yang ditetapkan secara nasional yang harus dicapai oleh siswa dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar dan berprestasi. Serta membuat siswa tertuntut untuk mengubah kebiasaan belajarnya ke arah yang lebih baik.
Kebiasaan belajar merupakan pola belajar yang ada pada diri siswa  yang bersifat teratur dan otomatis. Kebiasaan bukanlah bawaan sejak lahir, melainkan kebiasaan itu dapat dibentuk oleh siswa sendiri serta lingkungan pendukungnya. Suatu  tuntutan  atau  tekad  serta cita-cita  yang  ingin  dicapai  dapat  mendorong seseorang  untuk  membiasakan  dirinya melakukan  sesuatu  agar  apa  yang diinginkannya  tercapai  dengan  baik.  Kebiasaan belajar yang baik akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, sebaliknya kebiasaan belajar yang tidak baik cenderung menyebabkan prestasi belajar siswa menjadi rendah.
Pada kegiatan proses belajar mengajar motivasi siswa cenderung meningkat apabila mereka diminta mengerjakan tugas yang mereka bisa, namun akan terjadi hal sebaliknya bila tugas yang diberikan terasa sulit. Adapun respon siswa dalam kegiatan belajar mengajar tergantung dengan metode yang digunakan oleh guru.
Berdasarkan latar belakang di atas, untuk mendapat jawaban dari masalah tersebut perlu adanya penelitian, tentang apa ada atau tidaknya hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dan kebiasan belajar siswa dengan prestasi belajar matematika pada siswa di MTs. Negeri Bojonegoro II Padangan.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.    Adakah hubungan antara motivasi berprestasi dengan Prestasi belajar matematika pada siswa MTs. Negeri Bojonegoro II Padangan?.
2.    Adakah hubungan antara kebiasaan belajar siswa dengan Prestasi belajar matematika pada siswa MTs. Negeri Bojonegoro II Padangan?.
3.    Adakah hubungan antara motivasi berprestasi dan kebiasaan belajar siswa dengan Prestasi belajar matematika pada siswa MTs. Negeri Bojonegoro II Padangan?.

Tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah:
a.     Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar matematika pada siswa MTs. Negeri Bojonegoro II Padangan.
b.    Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antara kebiasaan belajar siswa dengan prestasi belajar matematika pada siswa MTs. Negeri Bojonegoro II Padangan.
c.     Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dan kebiasaan belajar siswa dengan prestasi belajar matematika pada siswa MTs. Negeri Bojonegoro II Padangan.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1.    Siswa
Siswa agar termotivasi untuk belajar matematika dan meningkatkan prestasinya serta mendorong siswa untuk membentuk kebiasaan belajar matematika yang lebih baik.
2.    Guru
Guru matematika tentang hubungan motivasi berprestasi, kebiasaan belajar siswa dengan prestasi belajar matematika.
3.    Peneliti
Dapat menambah pengetahuan peneliti tentang hubungan motivasi berprestasi dan kebiasaan belajar siswa dengan prestasi belajar matematika.

E.       Batasan Istilah
Permasalahan yang diangkat penulis dapat memunculkan pembahasan yang luas dan melebar. Oleh karena itu ruang lingkup pembahasan supaya terarah, terfokus dan lebih jelas, maka penulis kiranya perlu membatasi permasalahan dalam penulisan ini. Adapun Batasan masalah antara lain sebagai berikut:
           1.       Motivasi Berprestasi
Adalah suatu perubahan dan rangkaian dorongan yang menggerakkan individu atau kelompok seseorang sehingga menimbulkan reaksi untuk melakukan keinginan yang dilandasi adanya tujuan dalam mencapai prestasi yang baik.
           2.       Kebiasaan Belajar Siswa
Adalah suatu proses usaha yang telah dilakukan secara rutin dan berulang - ulang yang bersifat teratur dan seragam sehingga memperoleh suatu perubahan yang baru secara keseluruhan serta tetap dengan sendirinya, khususnya pada murid/siswa MTs. Negeri Bojonegoro II Padangan.
           3.       Prestasi belajar Matematika
Adalah penilaian/skor pendidikan yang diperoleh dari hasil tes tentang kemajuan siswa yang diperoleh dari suatu kegiatan yang dicapai oleh siswa untuk mengukur seberapa jauh pemahaman siswa pada mata pelajaran matematika setelah mengalami proses belajar mengajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar